Rabu, 23 Januari 2008

Syirik & Dusta

Firman Allah SWT

maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. (Al Hajj : 30)




Sabda Rasulullah saw

Rasulullah saw bersabda :”Apakah saya beritahukan kepada kalian dosa yg paling besar?”. Kami menjawab,”Ya Huzur beritahukanlah kami”. “Janganlah menyekutukan Allah, Tidak membangkang kepada kedua orang tua,… dan camkanlah dosa besar yg ketiga adalah berdusta dan memberi kesaksian palsu!…”. (HR Bukhari).



Sabda Imam Mahdi Masih Ma'ud a.s.

Syirik dan dusta merupakan sebuah benda yg sama. Manusia sendiri banyak membuat berhala di dalam dirinya, dan banyak sekali berhala dusta yg mereka buat.

Allah telah memfirmankan bahwa dusta itu merupakan kekotoran maka karena itu hindarilah kotoran itu. Bersama penyembahan berhala, dusta pun Allah telah satu kan. (Dalam Al Hajj : 30). Sebagaimana manusia dungu yg meninggalkan Allah lalu dia menundukkan wajahnya di hadapan batu, seperti itu pula setelah meninggalkan kebenaran dan kejujuran, demi tujuan-tujuannya lalu manusia menciptakan dusta sebagai berhala. Oleh sebab itu Allah menyatukan dusta dengan penyembahan berhala dan memberikan pertalian diantaranya. Sebagaimana seorang penyembah berhala ingin mendapatkan keselamatan dari berhala (yakni dia menyangka bahwa batu berhala itu akan menyelamatkannya dari berbagai masalah), demikian pula orang yg berdusta juga telah membuat berhala di dalam dirinya sendiri. Dan dia menyangka bahwa dengan perantaraan berhala dusta maka akan didapatkan keselamatan-keselamatan (dari berbagai masalah).

Lebih dari itu apalagi kemalangan yg akan terjadi bila (berhala) dusta dianggap sebagai sandaran (dan meninggalkan Allah sebagai sandaran)? Tetapi saya meyakinkan kepada kalian bahwa pada akhirnya kebenaranlah yg akan menang. Kebaikan dan kemenangan adalah milik-Nya. (Malfuzhat).


Khutbah Hazrat Khalifatul Masih V atba

Shiddiq (benar/tulus), yakni yg benar-benar telah fana dalam ketulusan, kejujuran, dan berdisiplin secara sempurna, menjadi orang yg tulus dan pecinta sejati. Ini adalah sebuah derajat yg apabila seseorang telah sampai padanya maka dia merupakan kumpulan segenap kebenaran dan kejujuran.

Falsafah peraih kesempurnaan seorang shiddiq adalah bilamana dia melihat kelemahan dan ketidak berdayaan dirinya, maka sesuai dengan kemampuannya dia mengatakan “Iyya kana’budu – Hanya kepada Engkaulah kami beribadah, dan mulai berlaku tulus dan (disiplin) berlari dari segenap kebohongan dan kekotoran yg terkait dengan dusta.

Berjanjilah bahwa dalam corak apapun saya tidak akan berdusta. Dan apabila dia berjanji sedemikian maka seolah-olah dia mengamalkan suatu yg Khas pada Iyyaa kana’budu, dan amalnya itu merupakan ibadah yg sangat tinggi.

Kelanjutan Iyyaa kana’ budu adalah Wa iyyaa kanasta’in (dan hanya kepada Engkau kami memohon). Allah merupakan tempat permulaan (awal) segenap karunia dan merupakan sumber kebenaran dan kejujuran. Allah pasti akan menolongnya dan Dia akan membukakan kepadanya hakikat-hakikat sesuatu dan jalan kebenaran.

Dan demikian pula apabila manusia mencitai kebenaran dan kejujuran, serta menjadikannya sebagai kebiasaan khasnya, maka inilah yg akan menarik kebenaran agung yg hanya milik Allah. Al Qur’an merupakan penjelmaan dari kebenaran yg utuh dan sosok yg menjelmakan kebenaran Al Qur’an itu adalah wujud yg penuh berkah Muhammad saw, dan demikian pula para rasul dan utusan Tuhan merupakan sosok-sosok yg benar, jujur, dan tulus.

Jadi apabila seseorang sampai pada derajat kebenaran/ketulusan, baru matanya (penglihatannya) akan terbuka dan dia akan meraih basyirat (ketajaman pemahaman) yg khas yg darinya makrifat-makrifat Al Qur’an mulai terbuka padanya.

Saya sama sekali tidak pernah siap untuk menerima bahwa seorang yg tidak mencintai kejujuran/kebenaran dan tidak menjadikan ketulusan sebagai ciri khasnya lalu dia dapat memahami makrifat-makrifat Al Qur’an, hal itu tidak akan dia dapatkan karena Qolbunya sama sekali tidak memiliki keselarasan dengan Al Qur’an. Karena Al Qur’an merupakan sumber mata air kebenaran/kejujuran, dan hanya orang yg mencintai kejujuranlah yg dapat minum dari mata air itu. (Darsus 09).

Tidak ada komentar: