Selasa, 15 Januari 2008

Menutup Aib

Firman Allah SWT

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka , karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Al Hujuraat : 12)


Sabda Rasulullah saw

“Seorang muslim dengan muslim lainnya adalah bersaudara. Dia tidak menganiayanya dan tidak meninggalkannya sendirian. Barang siapa yg senantiasa sibuk memenuhi keperluan saudaranya maka Allah terus memenuhi keperluannya dan barang siapa ada yg menjauhkan kesulitan seorang muslim, Allah akan mengurangi satu musibah pada hari kiamat, dan barang siapa menutup aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat” (Riyadush shalihin).


Sabda Imam Mahdi Masih Ma’ud a.s.

“Tuhan yg dikemukakan Islam dan Tuhan yg orang-orang Islam imani adalah Dia Yg Maha Penyayang, Maha Mulia, Maha Penyantun, Maha Penerima Taubah, dan Maha Pengampun. Barang siapa yg benar-benar bertaubah maka Allah akan menerima taubahnya dan memaafkan dosanya. Tetapi di dunia ini kendati sebagai saudara kandung, kerabat dekat, dan keluarga sekalipun apabila mereka satu kali melihat satu kesalahan (dosa) maka kendati telah berhenti (dari perbuatan dosa) namun tetap menganggapnya sebagai aib”.

“Tetapi betapa mulia-Nya Allah, kendati manusia setelah melakukan ribuan aib sekalipun lalu bertaubah kepada-Nya, maka Dia menerima taubah hamba-hamba-Nya dan memaafkannya. Di dunia ini tidak ada manusia kecuali para nabi (yg diwarnai dengan warna Tuhan) yg sedemikian rupa menutup kelemahan orang. Akan tetapi sebaliknya kondisi orang pada umumnya adalah sebagaimana Sa’di berkata : “Tuhan kendati maha mengetahui namun Dia menutupi kelemahan, tetapi sebaliknya manusia kendati mengetahui perihal sesuatu sedikit sekalipun, namun dia menyebarkannya (menggembar-gemborkannya)”.

“Jadi renungkanlah betapa luhur sifat kemuliaan-Nya dan sifat Pemurah-Nya. Sunguh benar bahwa jika Dia mencengkeram hamba-hamba-Nya maka Dia akan menghancurkan semuanya. Tetapi kemuliaan dan kasih sayang-Nya sedemikian luas dan mendahului kemurkaan-Nya”.

Oleh karena itu barang siapa yg mendapatkan ada yg memiliki kelemahan hendaknya memberikan nasehat kepadanya secara terpisah (pribadi). Jika dia tidak siap menerima nasehat maka do’akanlah mereka. Jika dengan dua hal itu tidak berhasil maka anggaplah itu sudah ketentuan Allah.

Bukanlah ajaran Al Qur’an bahwa begitu melihat aib seseorang lalu menyebarkannya kemana-mana, melainkan Dia berfirman : “Dan mereka menasehati dengan sabar dan kasih sayang (Al Balad : 17). Maksud marhamah (kasih sayang) adalah setelah melihat aib maka satu dengan yg lain memberikan nasehat kepadanya dan juga mendo’akannya. Di dalam do’a mempunyai pengaruh yg besar. Dan sangat malang sekali orang yg menerangkan sebuah aib seseorang ratusan kali akan tetapi satu kalipun do’a tidak pernah dia panjatkan (untuk orang itu). (Malfuzhat)


Khutbah Hz. Khalifah Masih V

Perhatikanlah bahwa sifat Sattar Allah lah yg karenanya dosa-dosa (aib) itu dima’afkan (ditutupi). Tertera dalam sebuah riwayat Rasulullah saw bersabda “Barangsiapa yg menutupi sesuatu aib sesama muslim, maka Allah akan menutupi aib-aibnya pada hari kiamat, dan barang siapa yg tidak menutupi aib seorang muslim, maka allah akan menzahirkan aib dan kekurangannya sehingga dia akan dihinakan di rumahnya sendiri (dalam keluarganya). (Sunan Ibni Majah).

Dengan mengungkapkan (expose) keburukan, maka akan timbul bahaya tersebarnya keburukan dan akan timbul bahaya dimana masyarakat pun akan terlibat di dalamnya. Oleh karena itu mengexpose keburukan hendaknya jangan dilakukan karena dengannya keburukan akan tersebar. Dan sudah jelas di mata kita bahwa dengan keburukan itu diexpose tiba-tiba banyak aib-aib/keburukan yg tersebar (bermunculan di masyarakat). Berkenaan dengan inilah rasulullah saw bersabda : “jika kalian mencari-cari kekurangan orang lain maka kalian menghancurkannya atau kalian menciptakan jalan kehancuran di dalamnya” (Sunan Abu Daud). Jadi janganlah menyangka bahwa dengan cara seperti itu (mencari & mengexpose kekurangan orang lain) kalian tengah menjalankan tugas perbaikan, tetapi sebaliknya kalian justru tengah menciptakan kehancuran.

Dengan mengexpose keburukan, tidak ada lagi yg tinggal tersisa, dan jika terus menerus keburukan-keburukan itu dizahirkan (disebarluaskan) dalam masyarakat, maka tidak akan lagi dirasakan bahayanya suatu keburukan (masyarakat menjadi terbiasa dengan keburukan), dan ini sudah umum dalam pengalaman. Sebagai mana telah saya katakan, bahwa jika hijab (tirai penutup) itu hilang maka tidak akan lagi dirasakan bahayanya suatu keburukan.

Di dalam diri semua orang pasti terdapat berbagai kekurangan, maka apabila Allah menzahirkan aib lalu menghinakan manusia, maka seorang pun tidak akan mendapatkan tempat berlindung. Oleh karena itu daripada mencari-cari aib orang lain, setiap orang seyogianya senan tiasa mengintrospeksi dirinya sendiri (bermuhasabah). (Darsus 03 – Jan 05)












Tidak ada komentar: