Senin, 11 Februari 2008

Ikhlas Versus Riya

Alangkah beruntungnya orang-orang yg tidak disiksa oleh rindu dipuji orang lain, karena jika kita rindu dipuji orang lain maka sirnalah kebaikan amal ibadah kita dan bahkan bisa mendatangkan mudharat dan murka Allah swt.

“Cukuplah kejelekan seseorang jika dia menginginkan agar orang-orang memberikan acungan jempol atas kebaikan dirinya, baik dlm urusan agama maupun urusan dunia, kecuali bagi orang-orang yg mendapatkan pemeliharaan Allah”. (HR. Baihaqi)

Awal dari sifat di atas adalah penyakit qalbu yg disebut dengan riya’.

Apakah riya’ itu? “ I’raadatu naf’iddun yaa bi’amalil aakhirat” – “mengharapkan keuntungan dunia dengan amal akhirat”.

suatu amal baik bisa jadi merupakan amal sholeh di mata manusia, namun karena mengandung unsur riya’ maka dihadapan Allah amalan-amalan baiknya tiada bernilai, ibarat batu yg licin tiada berbekas.

“Hai orang-orang beriman janganlah kamu batalkan sedekah kamu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan penerima, seperti orang yg membelanjakan hartanya karena riya kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Perumpamaan mereka seperti batu yg licin yg diatasnya tanah lalu hujan lebat menimpanya maka ia menjadi bersih. Mereka tidak memperoleh apapun dari apa yg mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum kafir”.

Mengenai penyakit qolbu riya’ Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya yg paling aku takuti atas kamu sekalian adalah syirik yg paling kecil.” Sahabat bertanya: “Apakah syirik yg paling kecil itu?” Rasul menjawab :”Syirik yg paling kecil adalah riya’.” (HR Ahmad bin Hambal)

Orang yg beramal riya’, ia lebih ingin amal-amal-nya disaksikan oleh manusia daripada disaksikan oleh Allah, ia lebih mengharapkan pujian dan balas budi manusia daripada mengharapkan berkat dan karunia dari Allah, ia lebih mengharapkan ridha manusia daripada ridha Allah. Demikianlah Rasulullah saw telah menamakan riya’ sebagai syirik kecil.

Wahai sahabatku, Rasulullah saw pun bersabda : “Ketika semua orang mendapatkan pembalasan amal saleh-nya. Allah berfirman kepada orang yg suka riya’ dalam amal-nya : “Pergilah kalian kepada orang-orang yg kamu jadikan riya’ atas mereka, dan lihatlah apakah kamu dapat menemukan balasan dari mereka?” (HR Ahmad bin Hambal)

Karena dalam amalan riya’ ridha Allah telah digantikan dengan mengharapkan ridha manusia, maka di hari pembalasan Allah Ta’alaa tidak sudi memberikan ganjaran apapun dari amal-amal-nya, dan kepada mereka yg riya’ diminta pergi dan meminta ganjaran kepada manusia-manusia yg dulu ia mengharapkan ridha dari mereka. Padahal hanya kepada Allah lah seharusnya kita memohon ridha dan hanya pada Allah lah terdapat ganjaran.

Lalu yg bagaimanakah yg disebut dengan amal sholeh itu? Amal sholeh adalah amal kebaikan yg dilandasi oleh keikhlasan dan hanya mengharapkan ridha Allah semata. Ibaratnya, jika amal sholeh itu “jasad” maka “ruh”nya adalah ikhlas.

Singkatnya, lawan dari riya’ adalah ikhlas. Apakah ikhlas itu? “tajriidulqalbi ‘an naf’iddun yaa fii ‘amalil aakhirat” – “mengosongkan hati dari semua motivasi dunia dalam amal akhirat”.

Mengenai hamba-hamba yg ikhlas dikatakan :
“Berbahagialah orang-orang yg ikhlas. Mereka adalah lampu-lampu hidayah. Bagi mereka akan terbuka semua fitnah (petaka) yg gelap (tidak pernah tampak) bagi yg lain”. (HR Turmudi)

“Dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yg ikhlas” (QS Al-Hijr, 39-40)

“Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk badan dan rupamu tetapi melihat niat dan keikhlasan di dalam hati mu” (Hadits)

Beberapa cirri-ciri orang yg tidak ikhlas alias riya’ dlm beramal adalah:
1. Berbeda amalan-nya antara ketika disaksikan orang dengan ketika tidak disaksikan orang.
2. Merasa senang terlalu berlebihan jika mendapatkan pujian.
3. Ringan beribadah jika disaksikan orang dan merasa berat jika dilakukan sendirian (tiada yg menyaksikan).

Sahabat, untuk menumbuhkan niat ikhlas dlm qalbu, maka yakinlah bahwa Allah Maha Menyaksikan amal kita bukan manusia, bahwa ridha Allah lah yg kita jadikan tujuan bukan rasa senang/kagum manusia yg kita harapkan, yakinlah bahwa Allah Maha Pemberi Balasan/Ganjaran dan bukan ganjaran manusia yg kita harapkan, Allah Maha Mengetahui apa yg ada dalam niat kita, serta merasakan nikmatnya “buah” ke-ikhlasan dengan bertambahnya keimanan.

Wahai sahabat, riya’ adalah penyakit yg sulit dideteksi dan kerap muncul tiba-tiba dlm qalbu kita, hendaknya kita selalu berdo’a supaya Allah selalu memberi karunia kepada kita untuk dapat beramal sholeh, menumbuhkan keikhlasan dalam setiap niat kita, memberikan perlindungan dari segala riya’, dan memberikan karunia kepada qalbu kita untuk dapat wara’ (waspada) dari si “pencuri” amal yaitu riya’. Jika dalam qalbu kita yg lemah ini sempat terbersit niat riya’ lekaslah beristrighfar dan memohon perlindungan kepada Allah dari bisikan syetan.

Semoga bermanfa’at adanya, mohon do'akan saya.

Tidak ada komentar: